"Sewaka Widya Budaya"

Esensi Seni Sakral dalam Tradisi Ngrebeg di Catus Pata Kota Bangli

File PDF DISINI

“ESENSI SENI SAKRAL DALAM TRADISI NGREBEG DI CATUS PATA KOTA BANGLI”

I Putu Wirayasa Prajadhita

Yayasan Gringsing Agung Bali

wirayasaprajadhita@gmail.com

Abstract

Ngrebeg adalah salah satu aktivitas keagamaan masyarakat sekitar Kota Bangli yang sangat unik dan penuh nuansa musikal. Bagi masyarakat Kota Bangli, prosesi ritual Ngrebeg ini merupakan prosesi ritual ngiring melancaran Ida Bhatara Dalem dalam bentuk pralingga barong, rangda, pratima dan simbol-simbol suci lainnya untuk katuran ayaban bhakti di simpang empat (catus pata) baler peken (utara pasar) Kota Bangli. Pelaksanaan prosesi Ngrebeg diikuti oleh empat banjar pakraman yang berlokasi di empat arah mata angin (catus pata). Pengumpulan data penelitian ini menggunakan teknis wawancara. Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa Upacara Ngrebeg sesungguhnya merupakan tradisi yang telah diwarisi umat Hindu di Bangli secara turun-temurun. Kegiatan ini dijadikan sebagai ritual penyucian dan permohonan kepada Sang Hyang Catus Pata agar bisa turun ke jagat raya guna mensejahterakan umat. Selain itu menyelamatkan umat dari kemungkinan segala macam gangguan. Esensi seni sakral yang terkandung dalam tradisi ini sangat tinggi, dimana dapat dilihat melalui pelaksanaan ritual persembahyangan sebelum prosesi mesolah  atau menari dimana hal ini juga biasanya disebut dengan katuran ayaban.

Kata kunci : Esensi, Ngrebeg, Catus Pata

 

“THE ESSENCE OF SACRAL ART IN NGREBEG TRADITION IN CATUS PATA BANGLI TOWN”

Ngrebeg is one of the religious activities of the people around Bangli Town which is very unique and full of musical nuances. For the people of Bangli Town, the Ngrebeg ritual procession is a ritual procession that accompanies the launching of Ida Bhatara Dalem in the form of pralingga barong, rangda, pratima and other sacred symbols for katuran ayaban bhakti at the intersection of four (catus pata) baler peken (north of the market) Bangli Town . The Ngrebeg procession is followed by four banjar pakraman which are located in the four cardinal directions (catus pata). The data collection of this research used interview technique. Based on the results of interviews, it is known that the Ngrebeg ceremony is actually a tradition that has been inherited by Hindus in Bangli from generation to generation. This activity is used as a purification ritual and a request to Sang Hyang Catus Pata to come down to the universe for the welfare of the people. Besides that, it saves people from all kinds of disturbances. The essence of sacred art contained in this tradition is very high, which can be seen through the implementation of the ritual prayer before the mesolah procession or dancing where this is also usually called the katuran ayaban.

Keywords: Essence, Ngrebeg, Catus Pata

 

PENDAHULUAN

              Seni Sakral adalah Kebudayaan dan Kesenian Agama Hindu yang telah ada pada jaman dahulu yang merupakan peninggalan dari para leluhur yang memiliki arti dan makna yang berbeda serta tidak lepas dari tingkat kesakralannya masing-masing tarian, gong, dan lagu yang bernafaskan keagamaan, sehingga diharapakan dalam mementaskan karya seni tetap menghormati, menjaga kesakralannya masing-masing, salah satunya merupakan tradisi Ngrebeg di Catus Pata Kota Bangli.

Tradisi Ngrebeg ini sesungguhnya merupakan tradisi yang telah diwarisi umat Hindu di Bangli secara turun-temurun. Kegiatan itu merupakan ritual penyucian dan permohonan kepada Sang Hyang Catus Pata agar bisa turun ke jagat. Maka dari itu perlunya adanya kajian yang membahas tentang tradisi ini guna melestarikan budaya dan mengetahui maksud dan tujuan serta nilai sakral yang terkandung di dalam tradisi Ngrebeg ini.

 

METODE

Materi dalam penelitian ini adalah hanya untuk mengetahui Esensi Seni Sakral Dalam Tradisi Ngrebeg di Catus Pata Kota Bangli, sehingga penelitian ini hanya menjelaskan mengenai Esensi Seni Sakral Tradisi Ngrebeg. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif  analitik yang mendeskripsikan suatu peristiwa secara apa  adanya lalu dilanjutkan dengan tahap analisis, sehingga dapat menjawab persoalan serta masalah-masalah yang diteliti. Adapun jenis data dalam penelitian ini yaitu berupa data primer. Jenis data  primer yaitu hasil pengamatan dan hasil wawancara dari  informan atau narasumbeer mengenai Tari Esensi Seni Sakral Dalam Tradisi Ngrebeg di Catus Pata Kota Bangli. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah  sumber data primer. Sumber  data primer berupa pelaksanaan Tradisi Ngrebeg di Catus Pata Kota Bangli dan para informan atau narasuumber terpilih. Moleong  (2012:157) mengatakan bahwa “sumber data primer dalam  penelitian kualitatif adalah fenomena dan tindakan orang orang yang diamati (observasi). Data yang telah terkumpul dicatat melalui catatan tertulis atau melalui rekaman  video/audio tapes, pengambilan foto, atau film”.

 

PEMBAHASAN

Pengertian Tradisi Ngrebeg

Ngrebeg adalah salah satu aktivitas keagamaan masyarakat sekitar Kota Bangli yang sangat unik dan penuh nuansa musikal. Bagi masyarakat Kota Bangli, prosesi ritual ngrebeg ini merupakan prosesi ritual ngiring melancaran Ida Bhatara Dalem dalam bentuk pralingga barong, rangda, pratima dan simbol-simbol suci lainnya untuk katuran ayaban bhakti di simpang empat (catus pata) baler peken (utara pasar) Kota Bangli. Pelaksanaan prosesi ngrebeg diikuti oleh empat banjar pakraman yang berlokasi di empat arah mata angin (catus pata) yaitu: di selatan Banjar Blung bang pengemong Bhatara Dalem Penunggekan, di barat Banjar Kawan penyungsung Bhatara Dalem Purwa, di utara Banjar Pande pengemong Bhatara Dalem Gede Selaungan, dan di timur Banjar Griya penyungsung Bhatara Dalem Cungkub Pegringsingan.

Kata ngrebeg, walaupun dengan sebutan yang beragam seperti : grebeg, ngerebeg, gerebek/garebek, memiliki makna yang hampir sama. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka, kata gerebek/garebek (Jw) diartikan dengan perayaan besar yang bertalian dengan hari raya Islam (yang dilaksanakan tiga kali dalam setahun, yaitu : Gerebek Maulud pada tanggal 12 Rabiulawal), Gerebek Puasa pada tanggal 1 Syawal, dan Gerebek Besar pada tanggal 10 Zulhijah). Istilah ngrebeg juga digunakan dalam konotasi ‘perang’ dengan sasaran tertentu, ‘menggeledah, ‘menyergap’, yang dilakukan banyak orang secara tiba-tiba.

Mengacu pada uraian makna ngrebeg tersebut, secara kultural pelaksanaan ngrebeg di Kota Bangli memiliki perbedaan dengan ngrebeg di beberapa tempat lainnya di Bali. Perbedaan dimaksud tidak terletak pada maknanya, tetapi dalam bentuk pelaksanaannya. Tradisi ngrebeg di Kota Bangli dilaksanakan dalam skala lebih besar dan ramai di tempat dan waktu secara bersamaan oleh empat desa pakraman penyungsung Bhatara Dalem. Banyak pratima/benda sakral, beberapa barung gamelan, masyarakat penyungsung tumpah ruah di catus pata kota Bangli, sebagai tempat yang diyakini dan dianggap sakral dan memiliki kekuatan tertentu. Jadi secara kultural dan teatrikal ngrebeg di Kota Bangli jauh lebih bergema karena keterlibatan peserta, atribut benda sakral maupun berkumandangnya beberapa barungan gamelan. Prosesi ritual yang secara rutin dilaksanakan di catus pata Kota Bangli setiap hari Saniscara Kliwon (Tumpek) Kuningan, merupakan prosesi ritual secara turun temurun. Tradisi ini di diprakarsai oleh desa/banjar yang berada di empat penjuru arah catus pata. Keempat desa/banjar ini masing-masing nyungsung arca Barong dan Rangda di Pura Dalem. Barong di Dalem Purwa yang diempon krama adat Kawan berwujud barong sapi, barong di Pura Dalem Gede Selaungan yang diempon krama adat Pande berupa barong macan. Barong Ket di Pura Dalem Penunggekan yang diempon krama adat Blungbang. Berikutnya barong macan di Pura Dalem Pengringsingan diempon krama adat Griya .

Maksud dan Tujuan dilaksanakannya Tradisi Ngrebeg

Upacara ngerebeg sesungguhnya merupakan tradisi yang telah diwarisi umat Hindu di Bangli secara turun-temurun. Maksud dan tujuan dari kegiatan ini sebagai ritual penyucian dan permohonan kepada Sang Hyang Catus Pata agar bisa turun ke jagat raya guna mensejahterakan umat. Selain itu menyelamatkan umat dari kemungkinan segala macam gangguan.

Upacara Ngerebeg merupakan tradisi yang telah diwarisi secara turun-temurun. Upacara Ngerebeg melibatkan empat banjar di wilayah kota Bangli, yakni Banjar Pande, Kelurahan Cempaga ; Banjar Kawan, Banjar Blungbang, dan Banjar Griya, Kelurahan Kawan, Kecamatan Bangli .

Pura Dalem sebagai tempat untuk memuja Dewi Durga, kemudian dalam Upacara Ngerebeg ini sebagai Sang Hyang Catur Buwana. “Arca barong dari keempat Dalem ini bertemu di satu titik yakni di Catus Pata. Upacara digelar di catus pata atau perempatan Bangli, karena perempatan merupakan akses lalu lintas termasuk juga perekonomian. Selain untuk memohon kerahayuan jagad, upacara ini juga untuk meningkatkan komunikasi atau kedekatan krama banjar .

Asal Mula Terjadinya Tradisi Ngrebeg

Menurut penjelasan Anak Agung Gede Bagus Ardana pinisepuh Puri Kilihan Bangli, prosesi ngrebeg, pada awalnya dimulai sejak Ida Anak Agung Ketut Ngurah yang bertahta selama 37 tahun periode 1923-1960 (Raja Bangli). Ketika itu hanya ada dua barong yaitu : sungsungan Banjar Selat dan Banjar Pengiangan Susut Bangli, yang selalu melakukan pementasan (ngelawang) di bencingah/alun-alun puri setiap hari raya Galungan dan Kuningan. Semenjak Bupati Bangli, Bapak Ida Bagus Gede Agung Ladip (1990-2000), prosesi ritual ini dikembangkan pelaksanaanya menjadi di empat arah mata angin yaitu tepatnya di catus pata (perempatan) Kota Bangli yang sampai saat ini disebut prosesi upacara ngrebeg dan sampun ketami (sudah diterima) sebagai tradisi budaya lisan. Di sisi lain, pemuka masyarakat Banjar Pande I Wayan Nyepek yang kini sebagai Bendesa Adat Kelurahan Cempaga, mengatakan bahwa prosesi ngrebeg diyakini turunnya Bhatara Dalem sebagai manifestasi Hyang Betari Durga. Ritual tersebut dilakukan untuk menetralisir alam semesta beserta isinya agar masyarakat sekitar kota Bangli dapat terhindar dari mara bahaya, penyakit, grubug gering, sehingga terjaga keharmonisan jagat baik secara vertikal/alam niskala maupun horizontal/alam sekala.

Esensi Seni Sakral dalam Tradisi Ngrebeg

Esensi seni sakral yang terkandung dalam tradisi ini sangat tinggi, dimana dapat dilihat melalui pelaksanaan ritual persembahyangan sebelum prosesi mesolah  atau menari dimana hal ini juga biasanya disebut dengan katuran ayaban. Setelah katuran ayaban, Ida Batara akan mesolah singkat dan diarak malancaran mengelilingi masing-masing banjar penyungsung. Saat malancaran itu biasanya banyak pula yang kerauhan (kesurupan), bahkan tidak jarang banyak yang sampai ngunying/ngurek. Seiring berjalannya ngerebeg tradisi ini sebenarnya sudah diwarisi oleh masyarakat Bangli sejak mengenal keberadaan Barong Swari.

Tradisi ini juga memiliki nuansa magis yang sangat kental sehingga kesakralannya tidak diragukan lagi dan dipercaya sebagai penolak bala. Selain dari segi konsep sacral juga terdapat nilai seninya dimana biasanya para penabuh dan penari gamelan menggunakan iringan tabuh kreasi dari masing-masing penyungsung arca Ida Bhatara. Hal ini juga melibatkan kreativitas dari pemuda-pemuda dari masing-masing penyungsung,  akan tetapi hal itu tetap tidak mengurangi makna sakral dari tradisi ini. Selain itu terdapat juga yang masih menggunakan instrumen klasik seperti Okokan dari arah barat sebagai pengiring barong sampi/sapi linggih Ida Bhatara Dalem Purwa sehingga menambah suasana seni dan sakral dari pelaksanaan tradisi tersebut, Okokan sendiri juga dipercaya sebagai alat music penolak bala. Selain itu, terdapat juga penggunaan instrument klasik gamelan bebarongan/pelegongan dari arah selatan sebagai pengiring barong ket linggih Ida Bhatara Dalem Penunggekan yang memiliki  ciri khas tersendiri. Sedangkan dari arah utara gamelan bebonangan klasik atau disebut juga baleganjur lelambatan khas Bangli sebagai pengiring barong macan linggih Ida Bhatara Dalem Gede Selaungan. Dari arah timur menggunakan gamelan batel sebagai iringan barong macan linggih Ida Bhatara Dalem Pengringsingan. Semua hal tersebut menjadikan tradisi ini sebagai tradisi kaya akan seni dan sakralisasi, sehingga hal ini patut dijaga dan dilestarikan.

SIMPULAN

Ngrebeg adalah salah satu aktivitas keagamaan masyarakat yang sangat unik dan penuh nuansa musikal. Bagi masyarakat Kota Bangli, prosesi ritual ngrebeg ini merupakan prosesi ritual ngiring melancaran Ida Bhatara Dalem dalam bentuk pralingga barong, rangda, pratima dan simbol-simbol suci lainnya untuk katuran ayaban bhakti di simpang empat (catus pata) baler peken (utara pasar) Kota Bangli.

Maksud dan tujuan dari kegiatan ini sebagai ritual penyucian dan permohonan kepada Sang Hyang Catus Pata agar bisa turun ke jagat raya guna mensejahterakan umat. Selain itu menyelamatkan umat dari kemungkinan segala macam gangguan.

Asal mula keberadaan tradisi ngrebeg ini dimulai dari peninggalan raja Bangli yang memerintah pada saat itu dan dikembangan oleh bupati Bangli sebagai bentuk pelestarian budaya dan warisan leluhur.

Tradisi ngrebeg kaya akan nilai seni sakral dimana dapat dilihat dari pelaksanaanya, pengiring serta antusias masyarakat di dalamnya, hal ini dapat dibuktikan melalui pemujaan atau persembahyangan di tempat pelaksaan serta iringan gamelan dan sesolahan yang cukup beragam.

 

DAFTAR PUSTAKA

Garwa, I Ketut. Konsep Musik Kolosal Ngider Bhuwana Sebuah Transformasi Ritual Ngrebeg Kuningan di Kota Bangli. MUDRA Jurnal Seni Budaya Volume 36, Nomor 3, September 2021 p 386 – 395

Panbelog. 2014. https://panbelog.wordpress.com/2014/11/14/upacara-ngerebeg-di-bangli/, diakses pada tanggal 18 Februari 2022 pukul 18.27.

Yandianto. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Bandung: Percetakan Bandung

Donder, I Ketut. 2005. Esensi Gamelan dalam Prosesi Ritual Hindu Perspektif Filosofis – Teologis, Psikologis, Sosiologis, dan Sains. Surabaya : Paramita.

5 4 votes
Rating
Subscribe
Notify of
guest

4 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
I Wayan Darma Wiguna
I Wayan Darma Wiguna
11 months ago

Informasi yang bermanfaat

Yayasan Pasraman Gurukula Bangli
Yayasan Pasraman Gurukula Bangli
11 months ago

Informatif sekali

SMA Gurukula Bangli
SMA Gurukula Bangli
11 months ago

Sangat menginspirasi

Luh Putu Ryan Lestari
Luh Putu Ryan Lestari
11 months ago

Informasi yang sangat bagus

Rekomendasi Essay
4
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
Scroll to Top